Distribusi Frekuensi – Tutorial SPSS (Studi Kasus: Distribusi Frekuensi Ukuran Ikan Tongkol Lisong)
Halo sobat Exsight, pada artikel ini kita akan belajar membuat tabel distribusi frekuensi menggunakan software SPSS. Nah, studi kasus kali ini di bidang perikanan yakni distribusi frekuensi ukuran ikan tongkol lisong (Auxis rochei), lebih tepatnya panjang total/total length (TL) ikan tongkol lisong ya. Yuk, kita simak bersama!
Pengertian
Distribusi frekuensi adalah metode untuk mengelompokkan data dan menunjukkan seberapa sering setiap nilai atau kategori muncul dalam sampel atau populasi. Distribusi frekuensi ini melakukan penyusunan data mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar dengan membagi banyaknya data ke dalam beberapa kelas agar mudah dipahami dan dibaca. Jenis distribusi frekuensi, salah satunya distribusi frekuensi kualitatif. Skala pengukuran yang dipergunakan untuk data kualitatif adalah skala nominal dan ordinal. Untuk pengamatan kualitatif ini kita perlu mendefinisikan kategori-kateori sedemikian rupa sehingga untuk setiap pengamatan hanya akan masuk dalam satu dan hanya satu kategori. Kumpulan data lalu dideksripsikan secara numerik dengan menghitung banyaknya pengamatan atau proporsi dari total.
Data yang telah diperoleh dari suatu penelitian dan masih berupa data acak dapat dibuat menjadi data yang berkelompok, yaitu data yang telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2001).
Komponen Penyusun Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi dalam statistik memiliki beberapa bagian penting yang digunakan untuk menyusun tabel atau daftar distribusi frekuensi. Setiap bagian ini memiliki peran dan fungsi yang berbeda dalam mengelompokkan data sehingga memudahkan dalam memahami pola atau tren yang muncul. Berikut ini penjelasan mengenai setiap bagian dari distribusi frekuensi secara lebih rinci:
1) Kelas-kelas (Class): Kelas adalah pengelompokan nilai-nilai data acak atau variabel menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dianalisis. Setiap kelas mewakili rentang nilai tertentu dari data, sehingga data dapat disusun dan dilihat dalam kelompok yang lebih kecil dan terorganisir.
2) Batas Kelas (Class Limits): Batas kelas adalah nilai yang menandai atau memisahkan satu kelas dengan kelas lainnya. Batas kelas ini sebenarnya bersifat semu atau tidak nyata, karena terdapat celah di antara batas kelas tersebut. Batas kelas terdiri dari dua jenis, yaitu batas kelas bawah dan batas kelas atas. Batas kelas bawah adalah nilai terendah dalam suatu kelas, sedangkan batas kelas atas adalah nilai tertinggi dalam kelas tersebut.
3) Tepi Kelas (Class Boundaries): Tepi kelas, yang juga disebut batas nyata kelas, adalah batas kelas yang tidak memiliki celah di antara kelas-kelas yang berurutan. Ini berarti antara satu kelas dan kelas yang lain tidak ada celah atau ruang kosong untuk nilai tertentu. Tepi kelas terdiri dari tepi bawah dan tepi atas, yang menunjukkan batas yang lebih tepat antara kelas-kelas yang saling berurutan, sehingga distribusi data menjadi lebih akurat.
4) Titik Tengah Kelas atau Tanda Kelas (Class Mark): Titik tengah kelas adalah nilai yang berada di tengah suatu kelas dan berfungsi sebagai wakil atau perwakilan nilai dari kelas tersebut. Titik tengah kelas dapat dihitung dengan menambahkan batas atas dan batas bawah kelas, kemudian membaginya dengan dua. Rumusnya adalah: Titik tengah kelas = ½ (batas atas + batas bawah). Dengan adanya titik tengah ini, kita bisa memperoleh gambaran mengenai posisi atau lokasi rata-rata data di dalam suatu kelas tertentu.
5) Interval Kelas (Class Interval): Interval kelas adalah jarak atau rentang nilai antara satu kelas dengan kelas lainnya. Rentang ini menunjukkan perbedaan antara nilai-nilai dalam satu kelas dibandingkan dengan kelas lain. Interval kelas berfungsi untuk mengatur seberapa lebar atau sempit sebuah kelas dalam daftar distribusi, sehingga distribusi data dapat diatur dengan lebih proporsional.
6) Panjang Interval Kelas atau Luas Kelas (Class Width): Panjang interval kelas adalah selisih atau jarak antara tepi atas dan tepi bawah suatu kelas. Panjang interval ini sering kali digunakan untuk menilai konsistensi dalam pengelompokan data, di mana setiap kelas dalam tabel distribusi memiliki panjang yang sama atau bervariasi tergantung pada jenis distribusi yang digunakan. Panjang interval ini juga mempermudah pembacaan tabel distribusi, terutama untuk data dalam jumlah besar.
7) Frekuensi Kelas (Class Frequency): Frekuensi kelas adalah jumlah data yang termasuk ke dalam kelas tertentu dalam distribusi frekuensi. Frekuensi ini menunjukkan seberapa sering nilai-nilai data berada di dalam suatu kelas tertentu. Dengan mengetahui frekuensi kelas, kita bisa melihat seberapa padat atau tersebarnya data di dalam rentang nilai tertentu. Frekuensi kelas membantu mengidentifikasi tren atau pola yang mungkin muncul dalam data.
Dengan memahami setiap bagian dari distribusi frekuensi ini, kita dapat membuat tabel distribusi frekuensi yang lebih terstruktur dan informatif. Tabel ini nantinya dapat digunakan untuk berbagai analisis statistik, seperti mencari kecenderungan data, mengevaluasi pola distribusi, dan mendapatkan wawasan yang lebih dalam mengenai data yang sedang dianalisis. Dalam membuat tabel distribusi frekuensi, penting untuk menentukan batas kelas, interval, dan panjang interval yang tepat agar data terwakili secara akurat dan mudah dipahami.
Jenis Distribusi Frekuensi
Dalam statistik, distribusi frekuensi adalah konsep yang digunakan untuk mengelompokkan data ke dalam beberapa kategori atau kelas, sehingga kita bisa memahami pola yang ada dalam kumpulan data tersebut. Distribusi frekuensi memiliki beberapa jenis yang berbeda, tergantung pada karakteristik data dan tujuan analisis. Berikut adalah tiga jenis distribusi frekuensi utama yang biasa digunakan:
1) Distribusi Frekuensi Biasa
Distribusi frekuensi biasa adalah jenis distribusi yang hanya menunjukkan jumlah atau frekuensi setiap kelompok data. Dengan distribusi ini, kita dapat melihat berapa banyak data yang termasuk dalam masing-masing kelompok atau kelas. Distribusi frekuensi biasa terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu distribusi frekuensi numerik dan distribusi frekuensi peristiwa (atau kategori).
- Distribusi Frekuensi Numerik: Dalam distribusi ini, data dikelompokkan berdasarkan nilai numeriknya. Contohnya, dalam data tinggi badan siswa, kita dapat mengelompokkan siswa berdasarkan rentang tinggi tertentu, seperti 150-160 cm, 160-170 cm, dan seterusnya.
- Distribusi Frekuensi Peristiwa atau Kategori: Berbeda dengan frekuensi numerik, jenis distribusi ini digunakan untuk data kategori atau kualitatif. Misalnya, untuk data preferensi warna, kita bisa membuat kelompok berdasarkan warna favorit, seperti merah, biru, hijau, dan kuning, lalu menghitung berapa banyak orang yang memilih setiap warna tersebut.
2) Distribusi Frekuensi Relatif
Distribusi frekuensi relatif menunjukkan perbandingan atau proporsi dari setiap kelas atau kelompok terhadap jumlah total pengamatan yang ada. Dalam distribusi ini, kita menghitung seberapa besar data dalam setiap kelas dibandingkan dengan keseluruhan data, yang diwakili dalam bentuk persentase atau pecahan. Distribusi ini diperoleh dengan cara membagi frekuensi pada setiap kelas dengan total jumlah data. Dengan distribusi frekuensi relatif, kita dapat melihat seberapa signifikan setiap kelas atau kelompok data. Misalnya, jika kita memiliki data panjang ikan dan ingin mengetahui berapa persentase ikan yang memiliki panjang antara 135-150 mm, kita dapat menggunakan distribusi frekuensi relatif untuk mendapatkannya.
3) Distribusi Frekuensi Kumulatif
Distribusi frekuensi kumulatif adalah jenis distribusi yang menunjukkan frekuensi kumulatif atau total yang dijumlahkan dari kelas pertama hingga kelas tertentu. Dalam distribusi ini, kita mengumpulkan frekuensi secara bertahap hingga mencapai kelas terakhir. Distribusi ini sangat berguna ketika kita ingin melihat seberapa banyak data yang berada di bawah atau di atas nilai tertentu dalam data kita. Distribusi frekuensi kumulatif terdiri dari dua jenis:
- Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang Dari: Dalam jenis ini, kita menjumlahkan frekuensi dari kelas yang paling rendah hingga kelas tertentu, sehingga kita dapat mengetahui berapa banyak data yang kurang dari atau di bawah nilai tertentu.
- Distribusi Frekuensi Kumulatif Lebih Dari: Sebaliknya, pada distribusi ini, kita menjumlahkan frekuensi dari kelas tertentu hingga kelas yang paling tinggi, yang menunjukkan berapa banyak data yang berada di atas atau lebih dari nilai tertentu.
Distribusi frekuensi kumulatif biasanya disajikan dalam bentuk grafik yang disebut kurva ogif. Kurva ini menggambarkan akumulasi data dari kelas ke kelas, dan membantu dalam memahami pola penyebaran data secara keseluruhan.
Dengan memahami ketiga jenis distribusi frekuensi ini—distribusi frekuensi biasa, distribusi frekuensi relatif, dan distribusi frekuensi kumulatif—kita bisa mendapatkan wawasan lebih dalam tentang data yang kita miliki. Masing-masing jenis distribusi memiliki kegunaan tersendiri, tergantung pada apa yang ingin kita lihat dari data tersebut. Distribusi frekuensi biasa cocok digunakan untuk melihat jumlah setiap kelas atau kategori, distribusi frekuensi relatif cocok untuk melihat proporsi, dan distribusi frekuensi kumulatif berguna untuk analisis akumulasi data dari kelas terendah hingga tertinggi.
Penyusunan Distribusi Frekuensi
Untuk menyusun distribusi frekuensi dalam analisis statistik, ada beberapa langkah penting yang harus diikuti, dimulai dengan mengurutkan data dari nilai terkecil hingga terbesar. Setelah data diurutkan, langkah-langkah berikut ini akan membantu dalam menyusun distribusi frekuensi secara sistematis:
1) Menentukan Jangkauan (Range)
Langkah pertama setelah mengurutkan data adalah menghitung jangkauan, yang merupakan selisih antara nilai data terbesar dan terkecil. Jangkauan membantu dalam menentukan seberapa luas rentang data yang ada, yang nantinya akan digunakan untuk mengatur kelas-kelas dalam distribusi. Rumusnya adalah:
\text{Jangkauan} = \text{Data Terbesar} - \text{Data Terkecil}
2) Menentukan Jumlah Kelas (k)
Menentukan jumlah kelas adalah tahap penting dalam distribusi frekuensi. Untuk jumlah kelas, kita bisa menggunakan rumus Sturgess:
k = 1 + 3.3 \log(n)
Di sini, k adalah banyaknya kelas yang akan digunakan, dan n adalah total data. Rumus ini membantu memastikan bahwa jumlah kelas yang dipilih sesuai dengan ukuran data yang dimiliki, sehingga distribusi frekuensi dapat terbaca dengan baik.
3) Menentukan Panjang Interval Kelas
Panjang interval kelas adalah jarak yang memisahkan setiap kelas dalam distribusi. Interval ini akan membantu mempermudah pembagian data dalam setiap kelas. Rumusnya adalah:
i = \frac{\text{Jangkauan (R)}}{\text{Jumlah Kelas (k)}}
Interval kelas yang tepat membuat data lebih mudah dianalisis dan membantu menghindari kelas yang terlalu lebar atau terlalu sempit.
4) Menentukan Batas Bawah Kelas Pertama
Menentukan batas bawah kelas pertama adalah langkah penting dalam distribusi frekuensi. Batas bawah ini biasanya dimulai dari data terkecil atau bisa juga menggunakan nilai sedikit lebih rendah dari data terkecil, tergantung pada rentang data. Selisih antara batas bawah kelas pertama dan data terkecil biasanya kurang dari panjang interval kelas yang ditentukan sebelumnya. Batas ini akan menjadi acuan untuk menentukan batas kelas berikutnya.
5) Mengisi Frekuensi Kelas dalam Kolom Tally atau Turus
Langkah terakhir dalam menyusun distribusi frekuensi adalah mencatat frekuensi kelas ke dalam kolom turus atau tally. Kolom tally berfungsi sebagai catatan visual dari jumlah data yang ada pada setiap kelas. Dalam sistem tally, kita cukup mencoret satu garis untuk setiap data yang berada dalam kelas tertentu. Setelah seluruh data dicatat dalam kelas masing-masing, kita bisa mengetahui berapa banyak data yang berada pada setiap interval, sehingga kita mendapatkan distribusi frekuensi lengkap.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, distribusi frekuensi dapat disusun dengan lebih rapi dan memudahkan analisis data lebih lanjut. Distribusi frekuensi yang baik membantu dalam visualisasi pola data serta mempermudah perbandingan antar kelas atau kategori dalam data yang sedang dianalisis.
Tutorial SPSS – Distribusi Frekuensi Panjang Tongkol Lisong (Auxis rochei)
Ikan tongkol lisong (Auxis rochei) adalah salah satu jenis ikan pelagis besar yang tergolong dalam kelompok sheerfish dan tuna neritik. Ikan ini termasuk dalam famili Scombridae dan hidup di zona epipelagik hingga mesopelagik, yaitu daerah laut yang mencakup kedalaman dangkal hingga menengah. Penyebaran ikan tongkol lisong sangat dipengaruhi oleh suhu perairan, sehingga keberadaannya dapat bervariasi sesuai dengan perubahan suhu laut di berbagai wilayah.
Setiap tahun, ikan tongkol lisong menjadi salah satu target utama penangkapan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan yang terus meningkat. Ikan ini ditangkap dengan berbagai alat tangkap yang sesuai, seperti purse seine atau jaring lingkar dan alat pancing lainnya. Alat-alat tangkap ini dipilih karena mampu menangkap ikan pelagis dalam jumlah besar, terutama ketika ikan ini membentuk kumpulan di wilayah tertentu.
Penyebaran ikan tongkol lisong cukup luas di perairan tropis dan subtropis. Di Indonesia, ikan ini ditemukan di berbagai wilayah seperti perairan barat Sumatra, Samudra Hindia, Selat Makassar, perairan sekitar Nusa Penida Bali, dan Teluk Bone. Khusus di Selat Makassar, area ini menjadi salah satu lokasi utama penangkapan ikan tongkol lisong. Wilayah lain yang menjadi pusat pendaratan ikan tongkol lisong adalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Labuan Bajo di Sulawesi Tengah, yang merupakan area penting untuk industri perikanan pelagis.
Adaptasi ikan tongkol lisong terhadap suhu air yang bervariasi memungkinkan ikan ini menyebar secara luas di berbagai jenis perairan, baik di lautan lepas maupun di wilayah perairan dekat pesisir. Mereka memiliki kemampuan untuk bermigrasi mengikuti arus laut dan perubahan suhu, yang memudahkan mereka beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Inilah sebabnya ikan tongkol lisong dapat ditemukan di berbagai wilayah tropis dan subtropis, mulai dari samudra terbuka hingga teluk dan selat yang dekat dengan pesisir.
Okey teman-teman semua, mari kita coba untuk membuat tabel distribusi frekuensi panjang ikan ya. Pada tutorial kali ini data yang dipakai yakni sampel panjang ikan tongkol lisong (Auxis rochei) yang berjumlah 74 sampel. Panjang ikan tersebut diukur panjang total nya atau total length (TL) dalam unit mili meter (mm). Teman-teman juga bisa download data panjang ikan di link ini ya untuk belajar bersama “Data Panjang Ikan Tongkol Lisong”. Pada link data tersebut, hanya data panjang ikan saja yang dapat dibagikan. Variabel lain dari data ini (berat ikan) tidak dapat dibagikan karena merupakan bagian dari data riset.
Tutorial SPSS
- Siapkan data yang akan disusun menjadi tabel distribusi frekuensi panjang ikan. Jumlah data yang dikumpulkan dalam penelitian N = 74 sampel ikan tongkol lisong
- Pada Variable View kita inputkan Panjang dan Berat pada kolom Name
- Pada Label bisa kita tuliskan seperti di contoh, sesuai dengan kebutuhan data penelitian
- Copy data dari excel kemudian paste pada SPSS di Data View
- Pilih Analyze -> Descriptive Statistics -> Frequencies
- Pindahkan variabel dari kotak kiri ke kotak kanan menggunakan tombol panah tersebut. Jangan lupa centang pada Display frequency tables, kemudian klik OK
- Hitung nilai range (R), jumlah/banyak kelas (K), dan panjang kelas (P)
- Susun intervaslnya sesuai dengan hasil perhitungan tersebut, seperti panduan di excel bawah ini
- Transform data panjang untuk mendapatkan data frekuensi pada masing-masing kelas data
- Klik Transform -> Recode into Different Variables
- Masukkan variabel panjang, output variable kita ganti pada nama dan labelnya
- Klik old and new values
- Masukkan data panjang dan interval kelasnya
- Pada Variable View, kita edit value sesuai dengan data panjang dan kelas
- Kita analisis frekuensi lagi, kali ini data tersusun dari jumlah dan panjang kelas
- Klik Analyze -> Descriptive Statistics -> Frequencies
- Masukkan data transform interval kelasnya seperti di bawah ini
- Berikut output yang dihasilkan yaitu tabel distribusi frekuensi panjang ikan tongkol
- Dapat disimpulkan bahwa jumlah keseluruhan sampel ikan tongkol yakni 74 data dimana terdiri dari 7 kelas. Setiap kelas memiliki data frekuensi, persentase, keakuratan persentase, dan persentase kumulatif.
- Misal pada baris pertama, terdapat 14 sampel dengan panjang 17.20 mm – 17.80 mm. Adapun 14 sampel ini merupakan 18.9% dari total keseluruhan sampel.
- Pada baris kedua, terdapat 42 sampel dengan panjang 17.90 mm – 18.50 mm. Adapun 42 sampel ini merupakan 56.8% dari total keseluruhan sampel. Jika dijumlahkan dengan kelas sebelumnya, maka terdapat 75.7% sampel pada kelas 17.20 mm – 17.80 mm dan 17.90 mm – 18.50 mm.
Referensi
Hasanah, N., Putra, A. E., Nurdin, M. S., dan Maasily, I. S. 2022. Pertumbuhan Ikan Tongkol Lisong (Auxis rochei) di Selat Makassar Sulawesi Tengah. Prosiding Semnas Politani Pangkep. Vol 3.
Wahyuning, S. 2021. Dasar-Dasar Statistik. Yayasan Prima Agung: Semarang.
Sekian penjelasan artikel kali ini. Apabila masih ada yang dibingungkan bisa langsung saja ramaikan kolom komentar atau hubungi admin melalui tombol bantuan di kanan bawah. Stay tuned di website https://exsight.id/blog/ agar tidak ketinggalan artikel-artikel menarik lainnya. Bye bye!