SPSS

Chi-Square Test: Tutorial SPSS

Hai hai sobat Exsight. Kembali lagi dalam artikel Exsight. By the way, sobat Exsight masih ingat gak nih, pada beberapa artikel yang lalu pernah disinggung terkait topik Penjelasan dan Langkah Mudah Uji Chi Square di RStudio. Nah melanjutkan dari artikel sebelumnya, kali ini kita akan membahas lebih mendalam terkait Tutorial Chi-Square yakni dengan software SPSS. Tanpa berlama-lama lagi, yuk yuk simak artikel ini dengan seksama!

Deskripsi

Uji Chi-Square dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar dua variabel khususnya pada data berskala nominal. Langkah uji chi square adalah dengan membuat tabulasi silang suatu variabel berdasarkan kategorinya dan dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis untuk menguji apakah frekuensi yang diamati berbeda dari frekuensi yang diharapkan. Jika diperoleh keputusan bahwa terdapat perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi.

Hipotesis pada uji Chi-Square yaitu sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel

Uji Chi-square dapat dirumuskan sebagai berikut:

di mana
X^{2} = Distribusi Chi-square
Oi = Nilai observasi (pengamatan) ke-i
Ei = Nilai ekspektasi ke-i = \frac{\left ( Total Baris \right )\left ( Total Kolom \right )}{Total Keseluruhan}

Konsep Dasar Chi-Square Test

Konsep dasar yang digunakan untuk chi-square test adalah data berasal dari sampel acak dan dapat disajikan dalam tabel dua arah.

* Data Dapat Disajikan dalam Tabel Dua Arah
Uji chi-square biasanya digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel kategori. Data ini harus bisa disusun dalam tabel kontingensi dua arah, di mana satu variabel ditampilkan sebagai baris dan variabel lainnya sebagai kolom.
Contoh:
Misalkan kita memiliki data tentang preferensi minuman (teh atau kopi) berdasarkan jenis kelamin (pria atau wanita). Data ini dapat disusun dalam tabel dua arah dengan baris untuk jenis kelamin dan kolom untuk preferensi minuman.

Pentingya Chi-Square Test

Mengapa Chi-Square Test Penting dalam Analisis Data?

*Validasi Hubungan Antar Variabel
Uji chi-square membantu dalam menentukan apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel kategori. Hal ini penting untuk memahami dinamika antar variabel dalam berbagai konteks penelitian.

*Mengidentifikasi Perbedaan
Dalam analisis data, chi-square test digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan dalam distribusi frekuensi antar kelompok, yang bisa sangat berguna dalam bidang seperti pemasaran, psikologi, dan ilmu sosial lainnya.

Tahapan Chi-Square Test

Langkah – langkah dalam pengujian Chi-square yaitu sebagai berikut.

  1. Merumuskan hipotesis H0 dan hipotesis H1
  2. Menetapkan alpha atau taraf signifikansi (umumnya menggunakan alpha 5%)
  3. Menghitung statistik uji
  4. Melakukan pengujian dan interpretasi hasil

Rumus pada uji Chi–square sebenarnya tidak hanya ada satu. Apabila pada tabel kontingensi 2 X 2 maka rumus yang digunakan adalah Continuty Correction. Apabila tabel kontingensi 2 X 2, tetapi tidak memenuhi syarat dalam uji Chi-square maka rumus yang digunakan adalah Fisher Exact Test. Sedangkan apabila tabel kontingensi lebih dari 2 X 2 misal 2 X 3 maka rumus yang digunakan adalah Pearson Chi-square.

Kelebihan dan Kelemahan

Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan pada uji chi-square diantaranya adalah sebagai berikut.

Kelebihan

  1. Sederhana dan Mudah Dipahami
    Uji chi-square menggunakan formula yang relatif sederhana, sehingga mudah dipahami bahkan oleh mereka yang baru mempelajari statistik.
  2. Analisis Data Kategorikal
    Uji ini sangat cocok untuk menganalisis data kategorikal, contoh data kategorikal diantaranya seperti jenis kelamin, warna favorit, atau status pernikahan.
  3. Tidak Membutuhkan Asumsi Distribusi Normal
    Berbeda dengan banyak uji statistik lainnya, uji chi-square tidak memerlukan asumsi bahwa data harus berdistribusi normal.
  4. Fleksibelitas
    Dapat digunakan untuk berbagai macam analisis, termasuk uji kecocokan (goodness of fit), uji kemandirian (test of ndependence), dan uji homogenitas.
  5. Apliksi Penerapan Luas
    Uji chi-square digunakan dalam berbagai bidang seperti biologi, kedokteran, ilmu sosial, pemasaran, dan lainnya untuk menguji hipotesis tentang distribusi frekuensi.

Kelemahan

  1. Sensitivitas terhadap Ukuran Sampel
    Uji chi-square sangat sensitif terhadap ukuran sampel. Ukuran sampel yang terlalu kecil dapat menghasilkan hasil yang tidak dapat diandalkan, sementara ukuran sampel yang sangat besar dapat menyebabkan uji menjadi terlalu sensitif dan mendeteksi perbedaan yang tidak bermakna secara praktis.
  2. Tidak Dapat Digunakan untuk Data Kontinu
    Uji Chi- Square hanya dapat digunakan untuk data kategorikal. Untuk data kontinu, data harus diubah menjadi kategori, yang dapat menyebabkan hilangnya informasi.
  3. Frekuensi Harapan
    Untuk hasil yang dapat diandalkan, uji chi-square menyaratkan bahwa frekuensi harapan dalam setiap sel tabel kontingensi tidak boleh terlalu kecil (idealnya tidak kurang dari 5). Ini dapat menjadi kendala dalam analisis data dengan banyak kategori atau sampel yang kecil.
  4. Keterbatasan dalam Analisis Multivariat
    Uji chi-square terbatas pada analisis dua variabel (univariat atau bivariat) dan tidak cocok untuk analisis multivariat yang melibatkan lebih dari dua variabel tanpa modifikasi atau penggunaan metode statistik tambahan.
  5. Keterbatasan Interpretasi
    Meskipun uji chi-square dapat menunjukkan adanya asosiasi antara variabel-variabel kategorikal, uji ini tidak memberikan informasi tentang kekuatan atau arah hubungan tersebut.

Tutorial SPSS Uji Chi-Square

Studi Kasus

Studi kasus pada artikel kali ini akan menggunakan data yang serupa dengan data pada artikel sebelumnya yakni pada artikel pengujian Chi-Square dengan R Studio. Dalam hal ini data yang digunakan merupakan data keterlibatan warga baik laki-laki dan perempuan pada kegiatan kerja bakti di suatu wilayah. Selengkapnya data bisa diakses disini.

Chi-Square

Dataset terdiri atas 99 data, dimana terdiri atas 2 variabel yaitu: Variabel Jenis Kelamin dan Variabel Kerja Bakti. Kedua variabel tersebut merupakan variabel kategorik yang bersifat nominal. Adapun untuk Variabel Jenis Kelamin terdiri atas 2 kategori (Laki-laki dan Perempuan), sedangkan Variabel Kerja Bakti juga terdiri atas 2 kategori (Terlibat dan Tidak)

  1. .Buka software SPSS, kemudian entry data pada variable view dan data view.
Chi-Square
Gambar 1. SPSS Tahap 1a

Pada bagian data view berisi data-data dari masing-masing variabel, sedangkan untuk bagian variable view berisi pendefinisian dari masing-masing (khususnya terkait jenis data pada bagian measure).

Chi-Square
Gambar 2. SPSS Tahap 1b

3. Tahapan berikutnya klik Analyze lalu klik Descriptive Statistics, kemudian klik Crosstabs

Chi-Square
Gambar 3. SPSS Tahap 2

4.Selanjutnya akan muncul tampilan dialog box seperti halnya pada Gambar 4., dalam hal ini untuk bagian Row(s) kita isi dengan variabel Jenis_Kelamin, lalu untuk bagian Column(s) diisi dengan variabel Kerja_Bakti. Kemudian, tak lupa, kita juga perlu klik pada bagian Statistics.

Chi-Square
Gambar 4. SPSS Tahap 3

5. Apabila kita klik pada bagian Statistics , nantinya akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5. Dalam hal ini, kita centang pada bagian Chi- Square, lalu kita klik Continue.

Chi-Square

Gambar 5.
SPSS Tahap 4

6. Setelah itu nantinya akan muncul kembali tampilan SPSS seperti halnya pada Gambar 4. Dalam hal ini sekarang kita klik tombol Cells, seperti yang terlihat pada Gambar 6.

Chi-Square
Gambar 6. SPSS Tahap 5

7. Nantinya akan muncul tampilan seperti Gambar 7. Kemudian pada display Crosstabs: Cell Display, dalam hal ini pada bagian Counts, kita centang pada bagian Observed dan bagian Expected. Lalu kita klik Continue.

Chi-Square
Gambar 7. SPSS Tahap 6

Pembahasan Hasil Output SPSS

Setelah klik OK, maka didapatkan hasil output SPSS sebagai berikut.

Chi-Square
Gambar 8. Hasil Output SPSS (1)

Berdasarkan hasil output SPSS pada Gambar 8. diketahui bahwa terdapat 99 data dimana seluruhnya diproses dalam analisis. Artinya tidak ada missing value atau data yang hilang sehingga tingkat kevalidan penggunaan data dalam pada proses chi-square valid 100%.

Chi-Square

Gambar 9.
Hasil Output SPSS (2)

Selanjutnya didapatkan pula hasil output SPSS seperti yang terlampir pada Gambat 9. , dalam hal ini output di atas menampilkan tabel tabulasi silang yang menunjukkan hubungan antara variabel Jenis Kelamin dan variabel Kerja Bakti. Interpretasi dari output pada Gambar 9 di atas yaitu:

  • Dari 99 data, secara keseluruhan terdapat data laki- laki yaitu sebanyak 47 orang dan perempuan sebanyak 52 orang. Adapun apabila ditinjau berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan kerja bakti, diketahui bahwa terdapat 59 orang yang terlbat dan 40 lainnya tidak demikian.
  • Nilai 41 pada baris pertama kolom pertama menunjukkan bahwa terdapat 41 orang laki-laki yang terlibat dalam kegiatan kerja bakti. Sedangkan 6 orang laki-laki lainnya tidak terlibat dalam kerja bakti ditunjukkan pada baris pertama kolom kedua.
  • Nilai 18 pada baris ketiga kolom pertama menunjukkan bahwa terdapat 18 orang perempuan yang terlibat dalam kegiatan kerja bakti. Sedangkan 34 orang perempuan lainnya tidak terlibat dalam kerja bakti ditunjukkan pada baris ketiga kolom kedua.
Chi-Square
Gambar 10. Hasil Output SPSS (3)

Di awal artikel khususnya pada bagian deskripsi, telah disebutkan terkait hipotesis untuk pengujian chi-square. Namun dalam hal ini, penulisan hipotesis perlu dilakukan penyesuaian, sesuai data yang kita gunakan, di mana melibatkan variabel Jenis Kelamin dan variabel Kerja Bakti. Hipotesis dapat dituliskan sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Jenis Kelamin dan variabel Kerja Bakti.
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Jenis Kelamin dan variabel Kerja Bakti.

Berdasal output SPSS pada Gambar 10. untuk interpretasil hasil pengujian chi- square, kita fokuskan pada nilai-nilai yang terdapat pada baris yang sama dengan baris “Continuity Correction” karena tabel kontingensi yang diuji merupakan tabel 2×2 dan tidak ada sel dengan nilai eskpektasi kurang dari 5. Dalam hal ini kita perhatikan nilai Asymptotic Significance (2- sided) atau yang biasa disebut dengan p-value, dimana nilainya sebesar 0.000. Namun, jika pada tabel 2×2 terdapat sel dengan nilai eskpektasi kurang dari 5, maka gunakan p-value pada baris “Fisher’s Exact Test“.

Apabila pada pengujian ini, kita menggunakan taraf signifikansi (alpha) sebesar 5% atau 0.05, maka didapatkan nilai Asymptotic Significance (2- sided) lebih kecil daripada p-value yakni 0.000 < 0.05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa Tolak H0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Jenis Kelamin dan variabel Kerja Bakti.

Referensi

Dewanti, D. (2023). Metode Statistika Populer untuk Penelitian. Bogor: Exsight.

https://www.spssindonesia.com/2015/01/uji-chi-square-dengan-spss-lengkap.html

Negara, I. (2018). Penggunaan Uji Chi-Square untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur Terhadap Pengetahuan PENASUN Mengenai HIV-AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya.

Sekian penjelasan terkait Tutorial Chi-Square dengsn SPSS. Jika masih ada yang dibingungkan bisa langsung saja ramaikan kolom komentar atau hubungi admin melalui tombol bantuan di kanan bawah. Stay tuned di website https://exsight.id/blog/ agar tidak ketinggalan artikel-artikel menarik lainnya.

Chi-Square Test: Tutorial SPSS Read More »

Principal Component Analysis: Tutorial SPSS (Part 2)

Principal Component Analysis — Bayangkan sobat Exsight sedang mengunjungi sebuah perpustakaan raksasa dengan ribuan buku yang tersebar di berbagai rak. Setiap buku berisi informasi penting, namun untuk menemukan buku yang tepat di antara sekian banyak pilihan bisa menjadi tantangan yang sulit. Kemudian, bayangkan ada seorang pustakawan cerdas yang mampu menyusun ulang perpustakaan tersebut sehingga hanya dengan beberapa panduan sederhana, sobat Exsight bisa menemukan semua informasi yang Anda butuhkan dengan mudah. Dalam dunia analisis statistik, pustakawan cerdas ini dikenal sebagai Principal Component Analysis (PCA).

Principal Component Analysis (PCA) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas data. PCA membantu kita menemukan pola-pola penting dalam dataset yang besar dan rumit, dengan cara mengurangi jumlah dimensi tanpa menghilangkan informasi yang berharga. Jadi, alih-alih bekerja dengan ratusan variabel yang membingungkan, PCA memungkinkan kita untuk fokus hanya pada beberapa “komponen utama” yang mewakili sebagian besar variasi dalam data.

Pada beberapa artikel Exsight yang sebelumnya, pernah disinggung terkait topik ini yaitu pada artikel dengan judul PCA (Principal Component Analysis). Nah, melanjutkan dari artikel yang lalu, sekarang kita akan fokus pada penerapan Principal Component Analysis melalui tutorial dengan software SPSS. Tanpa berlama-lama lagi, yuk simak artikel ini, dengan seksama yaa!

Definisi

Principal Component Analysis (PCA) seringkali disebut juga sebagai analisis komponen utama merupakan suatu metode statistik yang digunakan untuk mengurangi dimensi dari kumpulan data yang kompleks, yang saling berkorelasi satu sama lain, sehingga menjadi variabel baru (disebut dengan komponen utama) yang berukuran lebih kecil, namun mampu menerangkan sebagian besar keragaman total data, dan saling bebas satu sama lain

Adanya PCA memungkinkan data yang semula memiliki banyak dimensi (dimensi tinggi) untuk direpresentasikan dalam dimensi yang lebih rendah, sehingga memudahkan pemahaman dan analisis data.

Tutorial SPSS Principal Component Analysis

Studi Kasus

Studi kasus pada artikel kali ini akan menggunakan data yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs website www.mvstats.com. Dataset HBAT terdiri atas 23 gabungan variabel kategorik dan kontinyu. Namun dalam pembahasan ini dilakukan hanya pada variabel kontinyu mulai variabel X6 hingga variabel X18 dimana masing-masing variabel terdiri atas 100 data. Dalam hal ini data bisa diakses disini.

Principal Component Analysis
SimbolVariabel
X6Product Quality
X7E-Commerce
X8Technical Support
X9Complaint Resolution
X10Advertising
X11Product Line
X12Salesforce Image
X13Competitive Pricing
X14Warranty & Claims
X15Packaging
X16Order & Biling
X17Pricing Flexibility
X18Delivery Speed

1. Buka software SPSS, kemudian entry data pada variable view dan data view. 

Principal Component Analysis
Gambar 1a. SPSS Tahap 1 (Data View)

Pada bagian data view berisi data-data dari masing-masing variabel, sedangkan untuk bagian variable view berisi pendefinisian dari masing-masing (khususnya terkait jenis data pada bagian measure).

Principal Component Analysis
Gambar 1b. SPSS Tahap 1 (Variable View)

2. Tahapan SPSS yang perlu kita lakukan berikutnya yaitu klik Analyze, lalu kita klik Dimension Reduction, kemudian klik Factor. Selengkapnya bisa dilihat pada Gambar 2.

Principal Component Analysis
Gambar 2. SPSS Tahap 2

4. Selanjutnya akan muncul tampilan dialog box seperti halnya pada Gambar 3., dalam hal ini untuk bagian Variables kita isi dengan variabel X6 sampai dengan X18 . Jangan lupa, kita juga perlu klik pada bagian Extraction.

Principal Component Analysis
Gambar 3. SPSS Tahap 3

4. Apabila kita klik pada bagian Extraction, nantinya akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4. Dalam hal ini, untuk bagian Method kita pilih bagian Principal Components, lalu untuk bagian Analyze kita pilih Correlation Model, serta untuk bagian Display kita beri tanda centang pada bagian Unrotated Factor Solution dan Scree Plot. Kemudian kita klik pada bagian Continue

Principal Component Analysis
Gambar 4. SPSS Tahap 4

5. Kemudian nantinya akan ditampilkan kembali tampilan seperti pada Gambar 3. Dalam hal ini, sekarang kita klik pada bagian Scores. Nantinya akan muncul tampilan seperti pada Gambar 5, yaitu (Factor Analysis: Factor Scores)

Pada Gambar 5. kita centang pada bagian Save as variables, Display factor score coefficient matrix, dan kita pilih pada bagian Regression. Lalu kita klik pada tombol Continue. Selanjutnya kita klik OK.

Principal Component Analysis
Gambar 5. SPSS Tahap 5

Pembahasan Hasil Output SPSS

Setelah klik OK, maka didapatkan hasil output SPSS sebagai berikut.

Principal Component Analysis
Gambar 6. Hasil Output SPSS (1)

Berdasarkan hasil output SPSS pada Gambar 6 di atas terkait Total Variance Explained, didapatkan hasil varians initial eigenvalues menunjukkan jumlah variabel (yaitu 3,835 + 2,675 + 1,722 + 1,544 + 0,969 + 0,575 + 0,489 + 0,421 + 0,288 + 0,190 + 0,155 + 0,128 + 0,009 = 13 variabel).

Sedangkan pada bagian Extractions Sums of Squared Loadings menunjukkan jumlah variasi atau banyaknya faktor yang dapat dibentuk, Adapun bisa dilihat pada output terdapat empat variasi faktor yaitu 3,835 ; 2,675 ; 1,722 dan 1,544.

Berdasarkan hal tersebut maka 4 komponen yang dapat terbentuk dari 13 variabel yang dianalisis di mana nilai eigen value nya masing-masing lebih besar dari 1. Component 1 menjadi komponen yang mampu menjelaskan 29,503% variasi, component 2 mampu menjelaskan 20,577% variasi, lalu component 3 mampu menjelaskan 13,243% serta component 4 mampu menjelaskan variasi sebesar 11,876%.

Secara lebih lanjut, untuk penentuan jumlah komponen dalam Principal Component Analysis dapat ditampilkan secara visual melalui tampilan scree plot. Scree plot adalah grafik yang digunakan dalam Principal Component Analysis untuk membantu menentukan berapa banyak komponen utama yang harus dipertahankan dalam analisis. Scree plot sangat berguna dalam pengambilan keputusan terkait reduksi dimensi data. Grafik scree plot ditampilkan sebagai berikut.

Principal Component Analysis
Gambar 7. Hasil Output SPSS (2)

Apabila kita perhatikan pada Gambar 7, terlihat bahwa grafik scree plot dapat dilihat untuk component number 1 , component number 2, lalu component number 3 dan component number 4 memiliki eigenvalue bernilai lebih dari 1. Sehingga dapat diartikan bahwa terdapat 4 komponen utama yang dapat dibentuk.

Visualisasi komponen-komponen utama melalui scree plot membantu dalam memahami struktur data secara intuitif, menunjukkan bagaimana observasi berkelompok berdasarkan skor komponen mereka.

Principal Component Analysis
Gambar 8. Hasil Output SPSS (3)

Selain itu terdapat hasil output SPSS lainnya yaitu terkait Communalities seperti yang terdapat pada Gambar 8. Nilai extraction untuk sebagian besar variabel (kecuali variabel X15 – New Products) bernilai lebih besar dari 0,5 , hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar variabel penelitian dapat digunakan untuk menjelaskan komponen- komponen yang terbentuk.

Principal Component Analysis
Gambar 9. Hasil Output SPSS (4)

Selanjunya perhitungan pada software SPSS ( Gambar 9.) menampilkan hasil output Component Matrix. Dalam hal ini, output Component Matrix di atas didapatkan berdasarkan principal components extraction method, di mana menunjukkan seberapa besar sebuah variabel berkorelasi dengan komponen utama yang akan dibentuk.

Principal Component Analysis
Gambar 10. Hasil Output SPSS (5)

Berdasarkan output SPSS didapatkan pula Component Score Coefficient Matrix seperti yang ditampilkan pada Gambar 10. Component Score Coefficient Matrix menyediakan koefisien yang digunakan untuk menghitung skor komponen untuk setiap observasi atau kasus dalam dataset. Matriks ini berisi bobot yang digunakan dalam persamaan linier untuk membentuk skor komponen.

Dalam hal ini Component Score Coefficient Matrix digunakan untuk menghitung nilai atau skor komponen utama untuk setiap observasi dalam dataset. Selain itu dapat digunakan dalam menghasilkan skor komponen yang dapat digunakan sebagai variabel baru dalam analisis selanjutnya.

* Komponen Utama 1
Variabel Complaint Resolution (X9), Order & Billing (X16), Delivery Speed (X18) memiliki korelasi yang lebih tinggi terhadap komponen 1.

* Komponen Utama 2
Variabel Product Quality (X6), Product Line (X11), Competitive Pricing (X13) berkorelasi lebih tinggi terhadap komponen 2.

* Komponen Utama 3
Variabel Technical Support (X8), Warranty & Claims (X14), New Product (X15)

* Komponen Utama 4
Variabel E-Commerce (X7), Advertising (X10), Salesforce Image (X12), Price Flexibility (X17)

Selanjutnya berdasarkan perhitungan SPSS didapatkan pula variabel baru (komponen) yang terdiri atas empat (4) komponen yaitu sebagai berikut.

Principal Component Analyst
Gambar 11. Hasil Output SPSS (6)

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada artikel ini, Principal Component Analysis (PCA) telah berhasil diterapkan untuk mereduksi dimensi dataset yang kompleks dan mengidentifikasi komponen utama yang mendasari variabilitas dalam data. Melalui proses PCA, beberapa komponen utama telah diidentifikasi sebagai representasi dari variabel asli yang berjumlah lebih banyak. Komponen utama pertama menunjukkan kontribusi terbesar terhadap variansi total, diikuti oleh komponen-komponen selanjutnya dengan kontribusi variansi yang semakin berkurang.

PCA memungkinkan kita untuk mereduksi data dari yang semula terdapat 13 variabel (yaitu variabel x6 sampai dengan x18) menjadi 4 komponen utama, tanpa kehilangan informasi yang signifikan. Ini sangat berguna dalam menyederhanakan analisis data dan visualisasi.

Implikasi dan Aplikasi

PCA telah membuktikan efektivitasnya dalam mengungkap struktur laten dalam dataset yang besar dan kompleks, memberikan dasar yang kuat untuk analisis lanjutan. Hasil dari PCA ini dapat digunakan untuk:

  • Menyederhanakan model analisis tanpa kehilangan informasi penting.
  • Mengidentifikasi pola dan hubungan yang tidak terlihat dalam analisis variabel tunggal.
  • Memperbaiki interpretasi dan pengambilan keputusan berdasarkan data yang lebih ringkas dan terstruktur.

Secara keseluruhan, penerapan PCA dalam penelitian ini tidak hanya meningkatkan efisiensi analisis data tetapi juga memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang dinamika yang mendasari data. Ke depan, hasil PCA ini dapat digunakan untuk mendukung berbagai aplikasi, mulai dari pemodelan prediktif hingga pengembangan strategi kebijakan yang lebih tepat sasaran.

Referensi

Johnson, R., & Wichern, D. (2002). Applied Multivariate Statistical Analysis. Pearson Education, Inc.

A’laa, R., & Sutikno. (2018). Pemodelan Faktor- Faktor yang Memengaruhi Gini Rasio Pembangunan di Jawa Timur dengan Regresi Spasial. Jurnal Sains dan Seni ITS.

Finally, sampai sudah kita di penghujung artikel, sekian penjelasan terkait Tutorial SPSS untuk Principal Component Analysis. Apabila masih ada yang dibingungkan bisa langsung saja ramaikan kolom komentar atau hubungi admin melalui tombol bantuan di kanan bawah. Stay tuned di website https://exsight.id/blog/ agar tidak ketinggalan artikel-artikel menarik lainnya.

Principal Component Analysis: Tutorial SPSS (Part 2) Read More »

Mengenal MANCOVA (Multivariate Analysis Covariance)

Hai hai sobat Exsight, long time no see, kembali lagi pada artikel Exsight. Sobat Exsight masih inget gak nih, pada artikel lalu kita membahas terkait Apa itu ANCOVA? Nah sekarang kita akan membahas ANCOVA dengan versi ketika variabel dependen nya bersifat multivariat, yaitu MANCOVA (Multivariate Analysis Covariance).

Ketika kita menyelidiki hubungan antara variabel dalam penelitian, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana variabel-variabel tersebut saling terkait, dan beberapa faktor lain juga dapat memengaruhi hasil yang diamati. Dalam hal ini, terdapat sebuah statistik yang dapat membantu kita untuk memahami hubungan ini secara lebih komprehensif, yaitu dengan menggunakan Analisis Kovariansi Multivariat (MANCOVA).

Tanpa berlama-lama lagi, yuk simak artikel ini dengan seksama yaa!

Definisi

MANCOVA adalah singkatan dari Multivariate Analysis of Covariance, seringkali disebut pula Analisis Kovariansi Multivariat, merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu set variabel dependen, dengan mengontrol variabel-variabel lain yang disebut sebagai kovariat. Cara kerja MANCOVA mirip dengan ANCOVA (Analisis Kovariansi), namun MANCOVA digunakan ketika terdapat beberapa variabel dependen yang saling terkait.

Dalam MANCOVA, bertujuan untuk memeriksa pengaruh variabel independen terhadap kombinasi variabel dependen, sambil mempertimbangkan efek dari variabel kovariat yang relevan. Analisis ini memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel kovariat yang mempengaruhi variabel dependen sehingga dapat mengungkapkan pengaruh sebenarnya dari variabel independen terhadap variabel dependen yang diukur. MANCOVA sering digunakan dalam penelitian ilmiah, sosial, dan perilaku untuk memahami hubungan antara sejumlah variabel secara simultan.

Sejarah

MANCOVA pertama kali muncul sebagai pengembangan dari analisis kovariat dan analisis varians multivariat pada pertengahan abad ke-20. Sejumlah perintis statistika mulai menyadari kebutuhan untuk menggabungkan konsep-konsep ini untuk menangani situasi penelitian yang lebih realistis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, beberapa statistikawan seperti Pillai, Bartlett, dan Hotelling mulai merumuskan prinsip-prinsip MANCOVA. Pengembangan teknik ini seiring dengan kemajuan pemahaman statistika multivariat. Awalnya, MANCOVA diterapkan dalam konteks penelitian sosial dan ekonomi untuk mengatasi kompleksitas data yang melibatkan beberapa variabel dependen dan kovariat.

Konsep Dasar

A. Ringkasan Pentingnya MANCOVA

  1. Pentingnya Pendekatan Multivariat
    MANCOVA memberikan pendekatan analisis yang lebih holistik dengan mempertimbangkan beberapa variabel dependen secara bersamaan.
  2. Pengendalian Faktor-Faktor Tertentu
    Kemampuan MANCOVA untuk mengontrol variabel kovariat memastikan keakuratan dalam mengukur efek sebenarnya dari variabel independen pada variabel dependen.
  3. Dukungan Terhadap Analisis Kovariat
    MANCOVA menggabungkan keunggulan analisis kovariat, memberikan insight tambahan dengan mempertimbangkan variabel kovariat yang mungkin memengaruhi hasil.

B. Relevansi MANCOVA dalam Penelitian

  1. Penelitian dengan Variabel Dependen Lebih dari Satu
    MANCOVA menjadi krusial dalam penelitian dengan dua atau lebih variabel dependen, memungkinkan peneliti untuk melihat dampak variabel independen secara menyeluruh.
  2. Konteks Penelitian yang Kompleks
    Relevansi MANCOVA lebih terasa dalam konteks penelitian yang kompleks, di mana kontrol variabel kovariat diperlukan untuk mendapatkan pemahaman yang akurat tentang hubungan antar variabel.
  3. Penelitian dengan Fokus pada Efek Gabungan
    MANCOVA sangat bermanfaat ketika penelitian memerlukan pemahaman tentang sejauh mana beberapa variabel independen secara bersamaan memengaruhi beberapa variabel dependen.

Asumsi dalam MANCOVA

Asumsi dalam Analisis MANCOVA melibatkan dua kategori utama: aspek multivariat dan asumsi terkait residuals.

A. Asumsi Aspek Multivariat

  1. Asumsi Multivariate Normality (Normalitas Multivariat)
    Data harus memiliki distribusi multivariat yang mendekati distribusi normal. Ini berarti distribusi variabel dependen harus normal untuk setiap kelompok yang dibandingkan. Pengujian asumsi normal multivariat dapat dilakukan menggunakan metode grafik, yaitu dengan Quantile-vs-Quantile plot (Q-Q Plot) membandingan jarak Mahalanobis dan chikuadrat pada sentroid.
  2. Asumsi Homogeneity of Covariance Matrices (Asumsi Matriks Kovarian Homogen)
    Matriks kovarian dari variabel dependen harus homogen di antara kelompok-kelompok yang dibandingkan. Artinya, variabilitas antar kelompok harus sebanding.
  3. Asumsi Multivariate Linearity (Linearitas Multivariat)
    Hubungan antara variabel independen dan kombinasi linear dari variabel dependen harus linear.

B. Asumsi Terkait Residual

  1. Asumsi Homoscedasticity (Homoskedastisitas)
    Variabilitas residual (selisih antara nilai pengamatan dan nilai yang diprediksi oleh model) harus seragam di seluruh rentang nilai prediksi.
  2. Asumsi Independence of Residuals (Independensi Residual)
    Residual dari satu observasi tidak boleh berkorelasi dengan residual dari observasi lainnya. Ini mengasumsikan bahwa setiap pengamatan bersifat independen.

Kelebihan dan Kelemahan

Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam analisis MANCOVA, diantaranya adalah sebagai berikut.

Kelebihan

  1. Mengontrol Variabel Pengganggu
    MANCOVA memungkinkan peneliti untuk mengontrol variabel-variabel pengganggu atau kovariat yang dapat memengaruhi variabel dependen. Hal ini dapat membantu peneliti dalam mengisolasi efek variabel independen secara lebih akurat.
  2. Mengatasi Keterbatasan ANCOVA
    Ketika terdapat beberapa variabel dependen yang saling terkait, MANCOVA lebih efisien daripada ANCOVA karena dapat mempertimbangkan hubungan antar variabel dependen.
  3. Menggabungkan Analisis Multivariat
    MANCOVA mengakomodasi analisis simultan terhadap beberapa variabel dependen, hal ini dapat membantu peneliti dalam memahami hubungan antara variabel-variabel tersebut secara keseluruhan.

Kelemahan

  1. Asumsi yang Kompleks
    MANCOVA memiliki asumsi yang cukup kompleks, seperti asumsi multivariate normality, homogeneity of regression slopes, dan homogeneity of covariance matrices. Asumsi-asumsi ini harus terpenuhi untuk hasil yang akurat.
  2. Sensitif terhadap Pemenuhan Asumsi
    Ketika asumsi-asumsi tidak terpenuhi, hasil MANCOVA bisa menjadi tidak dapat diandalkan atau tidak valid. Misalnya, ketidaknormalan distribusi data atau ketidaksetaraan varian antar kelompok dapat memengaruhi hasil analisis.
  3. Memerlukan Data yang Cukup
    MANCOVA memerlukan jumlah sampel yang cukup besar, terutama ketika terdapat beberapa variabel dependen. Kurangnya sampel dapat mengurangi kehandalan hasil analisis.

Tutorial SPSS

Studi Kasus

Studi kasus yang digunakan mengunakan data terkait hasil ujian mahasiswa kelas A, B, dan C, pada mata kuliah Matematika dan Statistika. Data terdiri atas 45 data, dimana data dapat diakses di sini. Berdasarkan studi kasus, maka variabel- variabel yang digunakan meliputi:
* Variabel Independen : Variabel Kelas dan Variabel IQ
* Variabel Dependen : Nilai Mata Kuliah Matematika dan Statistika

MANCOVA

Tutorial

Tutorial ini mengasumsikan bahwa semua asumsi prasyarat telah terpenuhi sehingga bisa langsung dilakukan analisis MANCOVA.

1. Langkah pertama kita buka software SPSS, kemudian kita entry data pada variable view dan data view.

MANCOVA
Gambar 1a. SPSS Tahap 1 (Data View)

Pada bagian data view berisi data-data dari masing-masing variabel, sedangkan untuk bagian variable view berisi pendefinisian dari masing-masing (khususnya terkait jenis data pada bagian measure).

MANCOVA
Gambar 1b. SPSS Tahap 1 (Variable View)

2. Tahapan selanjutnya kita klik pada bagian Analyze lalu klik General Linear Model, kemudian kita klik Multivariate

MANCOVA
Gambar 2. SPSS Tahap 2

3. Kemudian akan muncul dialog box seperti pada Gambar 3., dalam hal ini variabel Nilai_Matematika dan Nilai_Statistika kita masukkan pada bagian Dependent Variable, lalu variabel Kelas kita masukkan pada bagian Fixed Factor(s), serta variabel IQ kita masukkan pada bagian Covariate(s).
Setelah kita masukkan variabel-variabel, kita klik pada bagian Model.

MANCOVA
Gambar 3. SPSS Tahap 3

4. Setelah klik Model akan muncul dialog box seperti pada Gambar 4.

MANCOVA
Gambar 4. SPSS Tahap 4

5. Kemudian kita perhatikan kembali pada Gambar 3, kita pilih pada bagian Options, sehingga muncul tampilan dialog box seperti pada Gambar 5. Pada bagian Display, kita beri centang pada bagian Descriptive Statistics, lalu kita klik Observed Power dan klik Homogenity Tests. Lalu klik Continue dan klik OK.

MANCOVA
Gambar 5. SPSS Tahap 5

Pembahasan Hasil Output SPSS

Setelah klik OK, maka didapatkan hasil analisis MANCOVA dengan memperhatikan pada bagian Output SPSS, dapat dilihat pada Gambar 6.

MANCOVA
Gambar 6. Hasil Output SPSS

Berdasarkan hasil output SPSS pada Gambar 6, dapat diinterpretasikan bahwa untuk Intercept menunjukkan nilai Variabel Dependen dapat berubah sebesar nilai intercept meski tanpa dipengaruhi keberadaan covariat dan variabel independen.

Variabel IQ merupakan variabel berskala kuantitatif, maka variabel ini termasuk variabel kovariat. Nilai sig pada variabel IQ yaitu sebesar 0.567 apabila dikaitkan dengan variabel dependen Nilai_Matematika, lalu nilai Sig sebesar 0.616 apabila dikaitkan dengan variabel dependen Nilai_Statistika, dimana nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi (alfa) 0.05. Maka dapat dikatakan variabel IQ tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Nilai_Matematika dan Nilai_Statistika.

Variabel Kelas merupakan variabel berskala kualitatif, maka variabel ini termasuk fixed factor. Nilai sig pada variabel Kelas yaitu sebesar 0.170 apabila dikaitkan dengan variabel dependen Nilai_Matematika, lalu nilai Sig sebesar 0.615 apabila dikaitkan dengan variabel dependen Nilai_Statistika, dimana nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi (alfa) 0.05. Maka dapat dikatakan variabel Kelas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Nilai_Matematika dan Nilai_Statistika.

Referensi

Winata, Y., & Wutsqa, D. (2017). Penerapan Analisis Kovarians Multivariat pada Bidang Gizi (Study Kasus: Pengaruh Perbedaan Tingkat Kelas Terhadap Rata-rata Frekuensi Makan, Asupan Energi, dan Asupan Protein dengan Kovariat Berupa Berat Badan dan Usia Siswa di MTs Nurul Ummah Yogyakarta). Jurnal Kajian dan Terapan Matematika, Vol.6, No.2.

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. (2014). Multivariate Data Analysis (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

Sekian penjelasan terkait MANCOVA (Multivariate Analysis Covariance). Jika masih ada yang dibingungkan bisa langsung saja ramaikan kolom komentar atau hubungi admin melalui tombol bantuan di kanan bawah. Stay tuned di website https://exsight.id/blog/ agar tidak ketinggalan artikel-artikel menarik lainnya.

Mengenal MANCOVA (Multivariate Analysis Covariance) Read More »

Hubungi Admin
Halo, selamat datang di Exsight! 👋

Hari ini kita ada DISKON 20% untuk semua transaksi. Klaim sekarang!